Proses Kognitif
Proses kognitif dibagi 5 persepsi, perhatian, ingatan, bahasa dan berpikir. Sedangkan menurut Taksonomi Bloom tingkatan kognitif terbagi menjadi pengertian, pemahaman, aplikasi, analitis, sintesis dan evaluasi.
Ingatan / Memori
Terbagi menjadi ingatan jangka pendek (short term memory), ingatan jangka panjang (long term memory). Ingatan jangka pendek yaitu tempat menyimpan informasi yang baru saja kita pikirkan
1. tergantung pada persepsi atau pengalaman
2. pengalaman meninggalkan jejak di dalam otak
3. terdapat perbedaan memori pada individu atu dengna yang lain
4. disamping ingat lupa juga akan muncul
5. beberapa pengalaman yang tidak meninggalkan impresi tertentu umumnya tidak disimpan sehingga muncul kelupaan.
Proses berpikir terjadi karena adanya interaksi antara memori jangka panjang dan jangka pendek.
Teori-teori Pembelajaran Kognitif
Berikut adalah beberapa teori belajar kognitif menurut beberapa pakar teori belajar kognitif:
A. JEAN PIAGET
Menurut Piaget setiap anak mengembangkan kemampuan berpikirnya menurut tahap yang teratur. Pada satu tahap perkembangan tertentu akan muncul skema atau struktur tertentu yang keberhasilannya pada setiap tahap amat bergantung pada tahap sebelumnya. Adapun tahapan-tahapan tersebut adalah:
1. Tahap Sensori Motor(dari lahir sampai kurang lebih umur 2 tahun)
Dalam dua tahun pertama kehidupan bayi ini, dia dapat sedikit memahami lingkungannya dengan jalan melihat, meraba atau memegang, mengecap, mencium dan menggerakan. Dengan kata lain mereka mengandalkan kemampuan sensorik serta motoriknya. Beberapa kemampuan kognitif yang penting muncul pada saat ini. Anak tersebut mengetahui bahwa perilaku yang tertentu menimbulkan akibat tertentu pula bagi dirinya. Misalnya dengan menendang-nendang dia tahu bahwa selimutnya akan bergeser darinya.
2. Tahap Pra-operasional ( kurang lebih umur 2 tahun hingga 7 tahun)
Dalam tahap ini sangat menonjol sekali kecenderungan anak-anak itu untuk selalu mengandalkan dirinya pada persepsinya mengenai realitas. Dengan adanya perkembangan bahasa dan ingatan anakpun mampu mengingat banyak hal tentang lingkungannya. Intelek anak dibatasi oleh egosentrisnya yaitu ia tidak menyadari orang lain mempunyai pandangan yang berbeda dengannya.
3. Tahap Operasi Konkrit (kurang lebih 7 sampai 11 tahun)
Dalam tahap ini anak-anak sudah mengembangkan pikiran logis. Dalam upaya mengerti tentang alam sekelilingnya mereka tidak terlalu menggantungkan diri pada informasi yang datang dari pancaindra. Anak-anak yang sudah mampu berpikir secara konkrit dan bisa menguasai sebuah pelajaran yang penting yaitu bahwa ciri yang ditangkap oleh pancaindra seperti besar dan bentuk sesuatu, dapat saja berbeda tanpa harus mempengaruhi misalnya kuantitas. Anak-anak sering kali dapat mengikuti logika atau penalaran, tetapi jarang mengetahui bila membuat kesalahan.
4. Tahap Operasi Formal (kurang lebih umur 11 tahun sampai 15 tahun)
Selama tahap ini anak sudah mampu berpikir abstrak yaitu berpikir mengenai gagasan. Anak dengan operasi formal ini sudah dapat memikirkan beberapa alternatif pemecahan masalah. Mereka dapat mengembangkan hukum-hukum yang berlaku umum dan pertimbangan ilmiah. Pemikirannya tidak jauh karena selalu terikat kepada hal-hal yang besifat konkrit, mereka dapat membuat (Winkel,1996) bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap. Perubahan itu secara relative dan berbekas. hipotesis dan membuat kaidah mengenai hal-hal yang bersifat abstrak.
B. JEROME BRUNER
Kalau kita berbicara teori pembelajaran kognitif kita akan menekankan pada belajar merupakan suatu proses yang terjadi dalam akal pikiran manusia seperti juga diungkapkan winkel (Winkel, 1996) bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental atau psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan pemahaman, ketrampilan dan nilai sikap seperti , yang menganjurkan penemuan pembelajaran, kemungkinan mempunyai penerimaan yang lebih besar, setidaknya disekolah, daripada ide yang dilontarkan oleh Ausubel or Gagne. Faktor selanjutnya yang memberikan andil bagi popularitas ide-ide Bruner adalah bahwa mereka sangatlah sesuai dengan kondisi waktu. Penekananya pada penemuan dan pembelajaran ” menggunakan sesuatu ” sesuai dengan ide Piaget. Pastinya , hakikat konstruktivis dari teorinya menarik para guru dan banyak prinsipnya masih menggunakan oleh para guru yang mempraktekannya.
Bruner berargumen bahwa kita harusnya mengajarkan ”Struktur subjek-subjek”. dia menganjurkan pendahuluan bagi proses nyata ddari sebuah disiplin khusus terhadap siswa. Misalnya. Kapan sejarah yang sebenarnya. Ini mungkin melibatkan pengujian sebuah jembatan, bagunan, atau bahkan nisan dalam pemakaman.
Tiga tahapan dalam Teori Burner tentang perkembangan intelektual adalah:
1. Enactive, di mana seseorang belajar tentang dunia melalui aksi-aksi terhadap objek.
2. Iconic, di mana pembelajaran terjadi melalui penggunaan model-model dan gambar-gambar
3. Symbolic, yang menggambarkan kapasitas berfikir dalam istilah-istilah yang abstrak.
Prinsip pengajaran dan pembelajaran yang mendasari Bruner adalah bahwa kombinasi yang konkret, gambar kemudian aktivitas simbolis akan mengarah pada pembelajaran yang lebih efektif. Kemajuannya adalah dimulai dengan sebuah pengalaman konkret, kemudian bergerak menuju gambar-gambar dan akhirnya menggunakan representasi.
Aspek lain dari teori Bruner, yang telah diterapkan dengan antusias dalam ruang kelas guru adalah pembelajaran penemuan (Discovery Learning).
C. DAVID AUSUBEL
Menurut Ausubel (Dahar, 1996) bahan subjek yang dipelajari siswa mestilah sesuatu yang ”bermakna”. Pembelajaran bermakna merupakan suatu proses mengaitkan informasi baru pada konsep-konsep relevan yyang terdapat dalam struktur kognitif seseorang.
Dalam bahasa yang lebih sulit, menurut Ausubel, pengatur maju adalah sebuah alat mempersipkan struktur kognitif pembelajaran bagi pengalaman pembelajaran yang berlangsung.
Ausubel berkontribusi dalam menciptakan adalah penekanannya pada hakikat aktif pembelajaran resepsi (reception learning).
D. ROBERT GAGNE
Dia menunjukan bahwa sebuah tugas akan dipelajari dengan cara terbaik oleh rangkaian sembilan peristiwa spesifik berikut ini:
1. mendapatkan perhatian
2. menginformasikan pembelajaran sasaran yang akan dituju
3. menstimulasi ingatan mengenai prasyarat pembelajaran
4. menghadirkan materi baru
5. memberikan paduan pembelajaran
6. mendapatkan prestasi
7. memberikan umpan balik tentang yang benar
8. memperkirakan prestasi
memperluas ingatan dan memori.
(ini hanya artikel populer resume dari hasil presentasi bukan untuk rujukan ilmiah)
Sumber : http://catatannana.blogspot.com/2010/08/teori-pembelajaran-kognitif.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar